"Jurnal Refleksi Minggu Ke-8 Modul 1.4 Budaya Positif",
"Jurnal Refleksi Minggu Ke-8 Modul 1.4 Budaya Positif",
A. WHAT? (Deskripsi dari peristiwa yang terjadi)
1. Apa yang terjadi?
Pada minggu kedelapan ini saya melakukan beberapa kegiatan masih berada pada ruang Learning Management System yaitu ruang kolaborasi pengerjaan, ruang kolaborasi presentasi, reflkesi terbimbing dan demontrasi kontektual. Kesemuanya masih berhubungan dengan modul 1.4 Budaya positif
2. Apa yang saya alami?
Dalam ruang kolaborasi pengerjaan
Pada bagian ini, saya melakukan kegiatan diskusi dengan bu Santi Hartini dan Bu Aan Siti Nurhasanah yang merupakan kelompok kecil yang telah dibuat dan disepakati Fasilitator Bu Hj. Reni Nilawati Dewi . Topic diskusi yang dibahas di kelompok kecil ini yaitu menjawab dua pertanyaan yaitu 1) Apa yang harus dilakukan guru untuk membangun budaya positif di sekolah? dan 2) Bagaimana cara guru menjalin hubungan dengan murid untuk membangun budaya positif di sekolah?
Setelah kami menemukan dan menyepakati jawaban dari kedua pertanyaan tersebut, kami berdiskusi untuk membuat poster tentang "Panduan Interaksi Guru dan Murid dalam Membangun Budaya Positif di Sekolah".
Dalam refleksi terbimbing
Kami melakukan refleksi mengenai pemahaman Anda tentang budaya positif di sekolah yang berpihak pada murid serta rencana penerapan budaya positif di kelas masing-masing. Refleksi yang kami lakukan terkait Kelemahan saya dalam menerapkan budaya positif di sekolah/kelas
Perlu bantuan dan dukungan pihak lain jika program yang akan dilaksanakan berimbas terhadap suatu sistem atau sekolah
Adaptasi yang cukup lama untuk mengenal peta lapangan dan objek ketika akan membiasakan budaya positif.
Terkadang suka sedikit mengendor semangatnya jika ada senior yang menjegal membiasakan budaya positif di sekolah. Walaupun tetap saja dilaksanakan walau hanya oleh sendiri.
Sedikit cuek ketika banyak yang tidak mendukung dalam melakukan perubahan. Jadi menanamkan pembiasaan sendiri. Sehingga pada akhirnya akan ada yang tergerak dan tersadarkan bahwa membiasakan budaya positif baik untuk meningkatkan konduktifitas sekolah.
3. Apa perubahan yang akan saya lakukan untuk dapat menerapkan budaya positif di sekolah/kelas?
Membiasakan budaya Senyum, Sapa, Salam, Sopan dan Santun (5S) baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah.
Memposisikan diri sebagai guru, teman dan orang tua bagi peserta didik
Menerapkan disiplin positif yang agar menjadi peserta didik pribadi yang penuh hormat dan bertanggung jawab.
4. Apa langkah pertama yang ingin saya lakukan untuk menerapkan budaya positif di sekolah/kelas?
Membuat kesepakatan kelas
Sebagai bentuk kepedulian dan penghargaan terhadap perkembangan intelektual, social, emosional dan spiritual peserta didik dengan dilibatkan dalam pembuatan kesepakatan kelas.
Merefleksi dengan membuat pertanyaan penentu arah perubahan yang kita inginkan
mengambil pelajaran dari pengalaman individu atau kelompok lain dalam menerapkan budaya positif dengan membuat peta kondisi budaya positif.
Berkoordinasi dengan seluruh elemen sekolah termasuk meminta izin kepala sekolah terkait penerapan budaya positif yang akan dijalankan.
Secara pribadi akan terus konsisten dan Memberikan teladan kepada peserta didik untuk membiasakan budaya positif.
Membiasakan diri untuk terus berlatih mengembangkan diri, dan berupaya menggerakkan orang lain, dengan niat yang tulus dan ikhlas demi mewujudkan budaya positif di sekolah
5. Siapa sajakah yang dapat saya libatkan dalam perancangan dan pembentukan budaya positif di sekolah?
Seluruh pemangku kepentingan sekolah
Meliputi guru, pembina ekstrakurikuler, penjaga kantin, dan lainnya, harus dilibatkan dalam proses diskusi dan memiliki perannya masing-masing dalam pembentukan budaya positif. Langkah awal dengan memberikan teladan baru diberlakukan kepada peserta didik.
Orang tua dan komunitas sekolah lainnya
Orang tua merupakan pendidik Budi pekerti pertama bagi murid dan Utama. Tujuan dan aktivitas yang dilakukan oleh sekolah terkait budaya positif harus dikomunikasikan kepada orang tua. Sekolah juga harus mengkomunikasikan bagaimana cara agar orang tua dapat mengembangkannya di lingkungan rumah. Jika memungkinkan, program ini juga dapat disosialisasikan dengan pemangku kepentingan lainnya, seperti institusi agama, organisasi murid muda, dan/atau media.
Dalam demontrasi kontekstual
Kami membuat kesepakatan kelas sebagai langkah awal dalam membangun budaya positif yang berpihak pada murid dengan menerapkan landasan budaya positif.
Membangun Budaya Positif di Sekolah", dan mempelajari tentang apa itu kesepakatan bagaimana cara membuat kelas dan kesepakatan kelas yang berpihak terhadap murid itu seperi apa.
6. Apa yang orang lain lakukan pada saat peristiwa itu terjadi?
Bu Aan dan Bu Santi sepertinya sama mempunyai pemikiran dan pergerakan yang sama. Terbukti Pada diskusi awal mereka telah membawa dan menyajikan berbagai referen informasi tentang "Panduan Interaksi Guru dan Murid dalam Membangun Budaya Positif di Sekolah", dan contoh poster yang diharapkan.
B. SO WHAT? (Analisis dari peristiwa yang terjadi)
1. Bagaimana perasaan saya pada saat peristiwa itu terjadi?
Ada degdegan yang berkecamuk dalam pikiran karena kebetulan berdasarkan kesepakatan saya mendapatkan sebagai presenter untuk menyajikan materi terkait "Panduan Interaksi Guru dan Murid dalam Membangun Budaya Positif di Sekolah". Walaupun point-point presentasi telah disepakati dan siap ditampilkan. Akan tetapi untuk meminimalisir keterbatasan materi harus tetap menggali dari berbagai sumber supaya pada saat presentasi sesuai dengan harapan.
Saya bingung, yang paling menjadi pikiran bagaimana membuat demonstrasi kontekstual yaitu membuat kesepakatan kelas. Pada saat tugas demonstrasi kontekstual ini bertepatan dengan kondisi peserta yang sudah tidak diperbolehkan lagi berada di sekolah. sesuai kalender pendidikan anak telah melakukan Penilaian Akhir Tahun (PAT) dan berdasarkan kondisi sekarang yang sedang merajalelanya Pandemi COVID 19 hanya diperbolehkan pembelajaran terbatas. Sedangkan berdasarkan tuntutan bahwa Tagihan: Foto hasil kesepakatan kelas, jika melalui Daring: Foto hasil kesepakatan kelas di zoom/googlemeet dan jika Tatap muka: Foto poster hasil kesepakatan atau penulisan di papan tulisan. Di daerah kami jika menggunakan tatap muka virtual terkendala signal yang tidak stabil. Dan tatap muka anak sudah tidak ke sekolah lagi.
2. Apakah yang saya rasakan sama/berbeda dengan orang yang mengalami kejadian yang sama?
Ya, malah sempat kami berdiskusi terkait permasalahan yang sama dalam tugas dan tagihan di ruang kolaborasi dengan Ibu Fasilitator tentang kendala-kendala sama yang kami hadapi. Pada awalnya saya mengusulkan jika kesepkatan kelas dibuat diruang virtual tetapi tidak meeting hanya menggunakan aplikasi whatsApps group akan tetapi berdasarkan berbagai pertimbangan itu tidak memungkinkan karena ruh dari kesepakatan kelas tidak akan muncul dan tidak dirasakan.
3. Apakah saya masih merasakan perasaan/dampak yang sama jika dibandingkan dengan perasaan/dampak langsung setelah peristiwa?
Saya langsung berkoodinasi dengan pihak sekolah yaitu kepala sekolah dan Wakil kepala sekolah bidang kurikulum sambil mengsosialisasikan penerapan budaya positif di sekolah dari membuat kesepakatan dan pembiasaan-pembiasaan positif lainnya. Betul ada pepatah mengatakan bahwa baik buruk segala sesuatu harus ada komunikasi. Komunikasi efektif akan menghasilkan solusi dan ide
4. Kecenderungan apa yang saya amati dari diri saya ketika menghadapi peristiwa serupa?
Ketakutan yang muncul ketika dihadapkan dengan sebuah permasalahan. Ketakutan tidak dapat menghasilkan produk, ketakutan tidak dapat menyelesaikan masalah yang diberikan. Apalagi jika sudah ditemukan kendala dan tantangan yang akan dihadapi dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
5. Mengapa saya bisa memiliki kecenderungan tersebut?
Karena kondisi yang terbentuk dan situasi yang terjadi pada saat menyelesaikan masalah. Permasalahan yang dihadapi saya di sini adalah bagaimana bisa mengahadirkan peserta didik untuk melakukan langkah awal penerapan budaya positif membuat kesepakatan kelas di tengah kondisi pandemic seperti ini. Tindak refleks sebagai bentuk respon yang diambil untuk menyelesaikan masalah adalah berkoordinasi dengan pihak berkepentingan di sekolah dan menghubungi Pembina OSIS untuk menghadirkan dan mengawasi pelaksanaan tatap muka terbatas peserta didik untuk membuat kesepakatan kelas. tatap muka terbatas tersebut dilaksanakan dengan tetap memperhatikan protocol kesehatan.
6. Setelah mengalami peristiwa tersebut, apa hal yang berubah dari pendapat, pemikiran, atau apapun yang Anda yakini sebelumnya?
Sebisa mungkin untuk tetap bersikap tenang dalam menghadapi setiap persoalan. Seberat apapun permasalahan yang dihadapi pasti ada jalan keluar. Hindari berpikir negative supaya bisa berpikir jernih mengambil sebuah tindakan. Gunakan pemikiran dan komunikasikan masalah kita kepada orang yang lebih kompeten dan lebih berpengalaman pasti mendapatakan jalan keluar. Pikiran awal bahwa mungkin tidak menghadirkan peserta didik dengan kondisi seperti ini jawabannya adalah mungkin yang penting meminta izin atasan. Pesan moral yang terkandung dalam proses pembuatan kesepakatan kelas yaitu menumbuhkembangkan budaya positif adan tersampaikan dengan kondisi apapun.
C. NOW WHAT? (Tindak lanjut dari peristiwa yang terjadi)
1. Apakah kejadiannya akan berbeda jika pada saat itu saya mengambil langkah yang berbeda?
Tindakan awal yang akan diambil adalah dengan membuat kesepakatan kelas menggunakan aplikasi WhatsAppl Group. Saya sharing pemahaman terkait kesepakatan kelas hanya berupa melalui pdf dan voice note. Tidak bisa mengetahui pesan moral dan makna yang terkandung dalam kesepakatan kelas tersebut. Kesepakatan kelas itu hanya langkah awal dalam penanaman budaya positif. Ada beberapa langkah lagi yang akan diambil untuk membiasakan budaya positif tertanam dan terbiasa dilakukan peserta didik. Kreatifitas peserta didik dalam menyajikan sebuah ide lewat tulisan dan lisan tidak bisa terakomodir dan tersampaikan seluruhnya.
2. Di mana saya bisa mendapatkan informasi tambahan agar bisa siap ketika menghadapi peristiwa serupa di masa depan?
Hasil produk yang dibuat dipublish dan diposting di blog guru belajar sehingga jika suatu ketika mendapatkan kondisi dan permasalahan yang sama bisa dijadikan sebagai salah satu rujukan untuk menyelesaikannya.
3. Dukungan apa yang saya butuhkan agar bisa menindaklanjuti refleksi saya?
Keterlibatan seluruh aspek yang ada di sekolah sangat dibutuhkan untuk membuat kesepakatan kelas. kesepakatan kelas tidak bisa hanya dibuat oleh calon guru penggerak saja. Guru lain/teman sejawat, peserta didik, kepala sekolah dan pemangku kebijakan di sekolah harus dilibatkan.
4. Bagianmana yang sebaiknya saya kerjakan lebih dulu?
zaman sekarang peserta didik tidak lagi menghormati guru karena mereka menggunakan seragam rapi. Tetapi bagamana simpati peserta didik muncul adalah karena pendidik selalu membawa citra baik bagi dirinya dan menghindari hal-hal negatif yang dapat menurunkan kredibilitatnya sebagai guru. Pendidik harus ingat bukan zamannya lagi kekerasan solusi dari menyelesaikan ketidakteraturan yang dilakukan peserta didik. Kekerasan akan menimbulkan trauma dan akibat yang lebih parah di kemudian hari. Pendidik harus menyesuaikan dengan kodrat alam dan zamannya peserta didik. Sudah saatnya pendidik mengajak bicara dan diskusi peserta didik. berikan pilihan, apa yang mereka inginkan, haarapan dan mimpi mereka seperti apa, dan berikan kepercayaan kepada peserta didik untuk membuat kesepakatan yang mencerminkan keperpihakan kepada mereka. Sehingga kepercayaan mereka pun muncul kepada kita.
5. Setelah Anda melakukan pembelajaran ini, apa hal baru yang ingin Anda bagikan kepada rekan atau lingkungan Anda?
Kesepakatan kelas sebagai langkah awal dalam membangun budaya positif yang berpihak pada murid. Maka Pandangan positif seorang guru harus diperlihatkan secara jelas kepada siswanya. Dalam hal ini guru dapat memperlihatkanya melalui sikap bahwa guru benar-benar percaya bahwa siswanya memiliki kemampuan untuk membuat kesepakatan kelas. Dengan demikian para siswa akan menjadi lebih percaya diri dan bersemangat untuk belajar.
Komentar
Posting Komentar